Untuk memenuhi kebutuhan konsumen, buah naga kini marak dikebunkan.
Penanaman buah naga tersebar di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat,
hingga ke Kalimantan. Kebun-kebun buah naga juga banyak ditemui. Memang,
budidaya buah naga tergolong mudah dan minim perawatan. Selain di lahan
luas, buah naga juga bisa diusahakan di lahan sempit seperti di kebun
maupun halaman rumah dengan menggunakan pot. Itulah sebabnya para
pembudidaya buah naga mampu meraup keuntungan besar.Penanaman buah naga kini diarahkan ke sistem budidaya organik. Dengan
membudidayakan buah naga secara organik, dapat dihasilkan buah dengan
kualitas yang lebih baik. Keuntungan dari teknik budidaya buah naga
secara organik adalah buah yang dihasilkan sehat tanpa adanya residu
bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh manusia dan lingkungan sekitar.
Dengan demikian pencemaran lingkungan baik air, udara, maupun tanah oleh
paparan pestisida bisa dikurangi. Disamping itu, penggunaan bahan
organik juga dapat mengembalikan kesuburan tanah, sehingga tanah bisa
digunakan untuk proses budidaya pertanian berkelanjutan.
Sejauh ini di Indonesi sistem budidaya buah naga di Indonesia masih
menggunakan bahan kimia, baik itu pemupukan maupun penggunaan pestisida.
Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dengan tidak diimbangi dengan
pemberian pupuk organik justru dapat menurunkan tingkat kesuburan tanah
dalam kurun waktu tertentu. Tekstur tanah pertanian menjadi kurang
subur, keras dan tandus akibat aplikasi pupuk kimia yang berlebihan.
Selain itu penggunaan pestisida dosis tinggi dapat menimbulkan residu
bahan kimia pada hasil produksi. Jika buah dengan paparan residu
pestisida tinggi dikonsumsi oleh manusia secara terus menurus, maka
residu pestisida tersebut akan terakumulasi dan menjadi racun dalam
tubuh.
SYARAT TUMBUH TANAMAN BUAH NAGA
Syarat tumbuh tanaman buah naga tidak berbeda jauh dengan tanaman kaktus
atau tanaman gurun pasir lainnya. Karena berasal dari daerah gurun
pasir yang panas dan kering maka buah naga umumnya tumbuh baik di
dataran rendah hingga menengah, yaitu buah naga sepesies Hylocereus undatus, yaitu buah naga dengan daging putih akan tumbuh baik pada ketinggian kurang dari 300 mdpl, sedangkan buah naga spesies Hylocereus costaricensis, yaitu buah naga dengan daging super merah (super red) tumbuh baik pada ketinggian 0-100mdpl. Sementara itu buah daga spesies Selenicereus megalanthus,
yaitu buah naga dengan kulit kuning, daging putih tanpa sisik, akan
tumbuh baik pada daerah dingin dengan ketinggian lebih dari 800 mdpl.
Tanaman buah naga lebih menyukai kondisi kering dibandingkan dengan
kondisi basah dengan curah hujan rendah yaitu 720 mm/tahun. Buah naga
masih dapat tumbuh pada curah hujan tinggi yaitu antara 1.000-1.300
mm/tahun, akan tetapi rentang terserang penyakit busuk akar dan busuk
batang. Hal ini disebabkan tanaman buah naga tidak tahan genangan air.
Tanaman buah naga juga membutuhkan penyinaran cahaya matahari penuh.
Oleh karena itu lokasi penanaman buah naga sebaiknya dilakukan di lahan
terbuka tanpa naungan. Lahan terbuka juga memberikan sirkulasi udara
yang cukup bagi pertumbuhan tanaman. Susu udara ideal untuk pertumbuhan
buah naga antara 26-36 derajat C.
Kondisi tanah yang disukai adalah tanah yang gembur, porous, serta
banyak mengandung bahan organik dan hara. Hindari tanah yang banyak
mengandung logam berat dan garam. pH tanah optimal antara 6-7. Pada
tanah masam menyebabkan akar tanaman menjadi pendek dan rusak.
Akibatnya, akar tidak mampu menyerap unsur hara dengan baik sehingga
tanaman mengalami kekurangan unsur hara dan pertumbuhannya terhambat.
Meskipun tahan terhadap kekeringan, bukan berarti tanaman buah naga
tidak memerlukan air. Air merupakan kebutuhan vital bagi tanaman. Oleh
karena itu, air harus tersedia dengan baik. Hindari lokasi yang mudah
tergenang saat musim hujan, karena tanaman buah naga merupakan tanaman
yang sensitif terhadap kelebihan air. Genangan air menyebabkan
kelembaban tanah tinggi sehingga berpotensi menjadi tempat yang baik
untuk pertumbuhan penyakit.
PERSIAPAN TEKNIS BUDIDAYA BUAH NAGA
Pemilihan lokasi budidaya buah naga perlu diperhatikan, hal ini bertujuan untuk memenuhi syarat tumbuh yang optimal bagi pertumbuhan buah naga. Pemilihan lokasi yang tepat akan menjadi faktor pertama yang menentukan keberhasilan budidaya buah naga.
Setelah menentukan lokasi budidaya maka langkah selanjutnya adalah
melakukan pengukuran pH tanah untuk menentukan jumlah pemberian kapur
pertanian pada tanah masam atau pH rendah (di bawah 6,5). Pengukuran
bisa dilakukan dengan kertas lakmus, PH meter, atau cairan PH tester.
Pengambilan titik sampel bisa dilakukan dengan cara zigzag.
PELAKSANAAN BUDIDAYA BUAH NAGA
Persiapan Lahan Budidaya Buah naga
Setelah lokasi penanaman
ditentukan dan melakukan pengukuran pH tanah maka dilanjutkan dengan
persiapan lahan untuk budidaya. Persiapan tersebut mencakup pemasangan
tiang panjatan, pembersihan lahan, serta pengolahan lahan.
Buah naga merupakan tanaman merambat sehingga dibuthkan tiang panjatan
untuk menopang pertumbuhan batang dan cabangnya. Bentuk atau model tiang
panjatan dalam budidaya buah naga ada macam, yaitu bentuk tunggal dan
bentuk kelompok atau pagar. Tiang panjatan harus kuat dan mampu bertahan
selama beberapa tahun karena umur tanaman buah naga yang panjang.
Tiang panjatan bentuk tunggal
Tiang panjatan bentuk tunggal bisa menggunakan beton atau tiang panjatan
hidup dari batang tanaman. Tiang panjatan ini digunakan untuk menopang
empat tanaman yang berproduksi dengan produktifitas rata-rata 3 kg
per-tanaman. Para pembudidaya buah naga biasanya menggunakan tiang
panjatan yang terbuat dari beton atau pipa PVC. Bentuk tiang panjatan
bisa persegi, bulat, segitiga atau bentuk yang lain sesuai dengan selera
pembudidaya. Untuk tiang panjatan yang berbentuk persegi dibuat dengan
ukuran 10 cm x 10 cm, bentuk bulat dibuat dengan diameter 10 cm, dan
bentuk segitiga dibuat dengan panjang sisi 15 cm. Tinggi tiang panjatan
antara 1,5-2 meter. Jika jarak tanam buah naga 2,5 m x 2 m dan setiap
tiang panjatan ditanami 4 tanaman maka untuk lahan selua 1 ha dibutuhkan
sekitar 2.000 tiang panjatan dan 8.000 bibit buah naga.
Alternatif lain selain tiang beton. Bisa menggunakan tiang panjatan
hidup, misal tanaman angsana. Jati, jaranan, dan Clerecedae. Artinya
tiang panjatan berupa tanaman hidup yang memiliki perakaran cukup dalam
dan tanaman tersebut harus tahan pemangkasan berat karena buah naga
harus terkena sinar matahari langsung agar bisa berproduksi secara
optimal. Oleh karena itu, tiang panjatan hidup harus sering dipangkas
apabila sudah menutupi batang dan cabang buah naga. Tiang panjatan hidup
harus memiliki tinggi minimal 2 m dan berdiameter minimal 10 cm karena
jika diameter kurang dari 10 cm dikhawatirkan tidak kuat menopang
pertumbuhan buah naga. Penggunaan tiang jenis ini lebih menghemat biaya
daripada tiang beton meskipun tidak sekuat dan tahan lama seperti itang
beton. Namun demikian dengan adanya tiang panjatan hidup juga
membutuhkan tambahan pupuk sehingga menambah biaya pemeliharaan.
Tiang panjatan ditancapkan ke dalam tanah dengan kedalaman sekitar 50 cm
agar tiang berdiri kokoh dan kuat menyangga tanaman. pada ujung tiang
bagian atas diberi besi melingkar dengan diameter 30-60 cm berbentuk
seperti stir mobil. Besi melingkar ini berfungsi sebagai tempat menopang
cabang dan anak cabang tanaman buah naga. Apabila besi beton dirasa
cukup mahal bisa menggunakan ban sepeda motor, ban mobil, atau bisa juga
para-para dari kayu yang berbentuk menyilang. Jika menggunakan ban,
agar bar kuat perlu dimasukkan ke dalam besi penyangga. Bila ban
dibelah, maka ban perlu diikat pada besi penyangga agar kuat.
Tiang panjatan bentuk kelompok (double rowing)
Berbeda dengan tiang panjatan tunggal, model tiang panjatan double
rowing mirip dengan tiang untuk menjemur pakaian. Artinya, bisa
merambatkan lebih dari satu tanaman buah naga. Tiang panjatan kelompok
lebih hemat dalam biaya pembuatannya dan lebih efisien karena bisa
merambatkan banyak tanaman buah naga. Namun, kelemahan bentuk tiang
panjatan seperti ini adalah perawatan yang sulit karena cabang tanaman
bisa saling terkait satu sama lain dan kurang tahan terhadap beban
tanaman yang terlalu berat.
Dua buah tiang dihubungkan dengan kawat tebal sebagai penyangga batang
tanaman buah naga dengan jarak antar tiang 4 meter. Tiang terbuat dari
semen cor berukuran minimal 15 cm x 15 cm dan tinggi 2-2,5 meter,
termasuk bagian yang terpendam di dalam tanah 50 cm. Tiang sebaiknya
diberi penguat dari besi agar tidak miring ketika menopang beratnya
sulur tanaman buah naga. Pada ujung tiang dipasang palang dari besi,
melintang sepanjang 50-60 cm yang menyatu dengan tiang beton. Kemudian
menghubungkan kedua ujung palang dengan ujung palang pada tiang lainnya
menggunakan kawat tebal dan kuat, sehingga menyerupai jemuran. Dari
kedua kawat penghubung tiang panjatan ini dipasang kawat vertikal menuju
kearah masing-masing titik tanam. Kawat vertikal ini yang akan
digunakan sebagai penopang batang utama buah naga.
Sistem panjatan double rowing dengan panjang 4 meter dapat menampung
20-26 tanaman buah naga. Jarak tanam antarbaris 30 cm dan antartanaman 1
m dengan model penanaman zigzag. Dengan penataan seperti itu jumlah
cahaya yang diterima bisa merata.
Pembersihan Lahan
Lahan yang akan digunakan untuk budidaya buah
naga perlu dibersihkan dari semak, gulma, dan sampah. Semak atau pohon
kecil yang tampak di lahan dipotong sampai pangkal batan atau dicabut
agar tidak tumbuh kembali. Sementara untuk cabang dan ranting pohon yang
sudah besar dipotong sampai pangkal cabang atau ranting. Gulma yang
tumbuh di lahan juga harus dibersihkan dengan cara dicangkul
tipis-tipis.
Pengolahan Lahan Dan Pemupukan Dasar
Lahan yang sudah bersih
kemudian dicangkul di sekitar daerah penanaman buah naga. Pencangkulan
ini bertujuan untuk memcah tanah menjadi agregat-agregat kecil dan
membalik tanah agar aerasi tanah lebih baik. Selain itu pecangkulan juga
bertujuan agar lapisan tanah bawah bisa tercampur dengan lapisan tanah
atas sehingga penyebaran humus atau bahan organik bisa merata ke seluruh
lapisan tanah. Dengan demikian, tanah menjadi gembur dan subur sehingga
akar tanaman buah naga dapat menyerap unsur hara dengan baik.
Lahan dengan pH tanah di bawah 6 harus dilakukan pengapuran dengan dosis
1,2 ton/ha ditabur merata keseluruh lahan. Selanjutnya pembuatan lubang
tanam sesuai dengan model tiang panjatan yang digunakan.
Pada sistem panjatan tunggal, pengolahan tanah hanya dilakukan disekitar
tiang panjatan saja. Buat lubang tanam dengan ukuran 40 cm x 40 cm
dengan kedalaman 30 cm di sekitar tiang panjatan. Masukkan media tanam
ke dalam lubang tanam yang terdiri dari campuran tanah, pupuk kandang,
dan pasir/sekam bakar dengan perbandingan 1:1:1. Setelah itu lakukan
penyiraman pada media tanam hingga basah dan biarkan terkena sinar
matahari selama satu minggu. Agar pertumbuhan dan produksi tanaman buah
naga optimal, berikan asam humat dan asam fulvat. Tambahkan juga agensia hayati, seperti fungisida/bakterisida organik
untuk mencegah serangan penyakit setelah penanaman. Langkah selanjutnya
adalah membuat drainase berupa parit diantara baris tanaman. Pembuatan
drainase bertujuan untuk menampung kelebihan air pada saat musim hujan.
Berbeda dengan pengolahan tanah sistem panjatan tunggal. Pada sistem
panjatan kelompok (double rowing) pengolahan tanah dilakukan pada
seluruh alur penanaman diantara dua tiang betong yang sudah
dipersiapkan. Alur dibuat sepanjang 4 m dengan lebar galian 40-60 cm.
Arah alur sesuai dengan arah kawat pengikat batang, yaitu diantara dua
tiang betong. Kemudian media tanam ditebar merata ke dalam alur yang
telah dibuat. Komposisi media tanama yang digunakan dalam satu alur
adalah 20 kg tanah top soil, 20 kg pupuk kandang, dan 20 kg sekam bakar.
Aduk bahan tersebut hingga merata kemudian dimasukkan ke dalam lubang
alur. Setelah semua media dimasukkan ke dalam alur kemudian dilakukan
penyiraman pada media hingga basah. Biarkan terkena sinar matahari
selama satu minggu. Penngeringan bertujuan agar media tanam terbebas
dari patogen atau penguapan akibat proses dekomposisi. Agar pertumbuhan
dan produksi tanaman buah naga optimal, berikan asam humat dan asam fulvat. Tambahkan juga agensia hayati, seperti fungisida/bakterisida organik untuk mencegah serangan penyakit setelah penanaman.
Persiapan Pembibitan Tanaman Buah naga
Keberhasilan budidaya buah naga tidak terlepas dari usaha penyiapan bibit yang berkualitas. Bibit yang vigor, sehat, serta bebas hama penyakit merupakan beberapa ciri bibit yang berkualitas. Bibit yang telah dipersiapkan dengan baik akan menghasilkan tanaman yang sehat dan mampu berproduksi optimal.
Selain itu kualitas bibit juga bisa ditentukan dari kualitas induk. Jika
induk tanaman buah naga memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat dengan
kualitas buah yang bagus, maka besar kemungkinan bibit yang dihasilkan
juga memiliki sifat yang tidak jauh berbeda dengan induknya. Jumlah
kebutuhan bibit tergantung dengan sistem budidaya yang digunakan. Jika
mengguanakan sistem tiang panjatan tungal maka dibutuhkan 1.000
batang/ha. Tetapi jika menggunakan sistem panjatan kelompok maka
kebutuhan bibit akan lebih banyak lagi, yaitu 10.400 batang/ha. Oleh
karena itu perlu dilakukan perbanyakan bibit secara intensif.
Perbanyakan bibit dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu perbanyakan
generatif dan perbanyakan vegetatif. Perbanyakan generatif adalah
perbanyakan menggunakan biji buah naga. Keuntungan menggunakan teknik
perbanyakan generatif yaitu dapat diperoleh bibit dalam jumlah yang
banyak dengan biaya yang murah. 1 buah naga minimal berisi 1.000 biji.
Namun cara ini kurang populer dan jarang dilakukan oleh pembudidaya buah
naga karena membutuhkan waktu yang sangat lama dan sedikit lebih sulit
jika dibandingkan dengan teknik perbanyakan vegetatif. Disamping itu
untuk mendapatkan biji yang bernas dan berkualitas juga aga susah,
karena harus dibutuhkan buah yang benar-benar tua dan sehat. Seleksi
bijii yang berkualitas juga sulit dilakukan karena ukuran biji yang
sangat kecil dan memiliki penampakan yang sama. Oleh karena itu, pada
artikel ini hanya akan dibahas tentang teknik dan cara perbanyakan
vegetatif.
Perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan tanaman dengan menggunaka
bagian dari tanaman itu sendiri. Teknik perbanyakan ini membutuhkan
biaya yang mahal, tetapi tingkat keberhasilannya lebih tinggi disamping
waktu yang dibutuhkan pada fase pemeliharaan lebih singkat. Keuntungan
lain dari perbanyakan vegetatif yaitu kemungkinan tanaman mengalami
penyimpangan genetik sangat kecil.
Perbanyakan vegetatif yang digunakan dan terbukti berhasil pada budidaya
buah naga adalah dengan stek batang. Perbanyakan dengan stek memiliki
tingkat keberhasilan bibit bertahan hidup lebih tinggi, pertumbuhannya
lebih cepat, dan bibit yang dihasilkan berkualitas tinggi dengan genetik
yang serupa dengan induknya. Selain itu teknik stek batang juga mudah
dilakukan.
Sebelum melakukan penyetekan harus dipiliha batang atau cabang tanaman
yang baik, sehat, tua, dan sudah pernah berbuah paling tidak 3-4 kali.
Keberhasilan stek ditentukan oleh calon batang yang digunakan. Batang
yang pernah berbuah pertumbuhannya akan cepat, kokoh, dan mudah
membentuk tunas. Sedangkan batang atau cabang yang masih muda mengandung
banyak air sehingga lebih rentan terserang penyakit.
Pilihlah batang atau cabang yang tua, sehat, berwarna hijau gelap dengan
ukuran panjang ideal minimal 30 cm. Batang atau cabang yang memenuhi
kriteria tersebut akan lebih cepat tumbuh dan mengeluarkan tunas baru.
Setelah menentukan batang atau cabang yang akan digunakan untuk stek,
maka dilakukan pemotongan terhadap calon batang yang akan digunakan.
Untuk membedakan bagian bawah dan atas batang, potongan dibuat meruncing
pada bagian bawah. Kemudian angin-anginkan batang stek hingga getahnya
mengering kurang lebih 2-3 hari.
Stek ditanam pada polibag yang sudah diisi media dengan komposisi 1
tanah, 1 pupuk kandang, dan 1 sekam bakar. Polybag diletakkan di atas
bedengan yang sudah disiapkan dengan jarak 20 cm x 20 cm. Bedengan
dibuat dengan lebar 100 cm. Langkah selanjutnya tempat persemaian
ditutup dengan plastik sungkup transparan dengan ditopang menggunakan
bambu yang dipasang melengkung. Selama pembibitan kondisi media harus
dijaga agar tidak kekeringan. Tunas baru akan muncul setelah bibit
berumur kurang lebih 2 minggu. Biasanya akan tumbuh tunas lebih dari
satu secara bersamaan. Pilih satu tunas yang sehat dan kokoh, jika
muncul tunas baru lagi dari batang utama segera dipotong. Setelah 3
minggu, stek mulai mengeluarkan akar dan tanaman sudah tampak vigor.
Pada umur ini plastik sungkup sudah bisa dibuka pada pagi hari dan
ditutup lagi saat menjelang petang agar bibit memperoleh sinar matahari
langsung. Namun jika kondisi hujan, plastik sungkup tetap dibiarkan
menutupi bibit agar media penanaman tidak terlalu basah. Bibit siap
ditanam pada umur 3-5 bulan.
Pengendalian hama penyakit dapat dilakukan dengan cara menjaga sanitasi
lingkungan, baik di bedengan maupun polybag. Jaga kelembaban pembibitan
dan hindari genangan air setelah penyiraman. Pembersihan gulma perlu
dilakukan agar tidak terjadi kompetisi perebutan hara. Jika bibit
terserang hama penyakit lakukan pengendalian secara terpadu. Jika
serangan ringan, pengendalian hama penyakit cukup dilakukan secara
manual. Sebagai pencegahan, lakukan penyemprotan rutin menggunakan
pestisida organik maupun agensia hayati 1 minggu sekali.
Penanaman Buah Naga
Setelah tanah dan tiang panjatan dibuat,
bibit yang telah siap harus segera ditanam di lahan. Penanaman harus
dilakukan dengan hati-hati. Penanaman yang tidak benar akan
mengakibatkan bibit stress dan pertumbuhannya terhambat. Perhatikan pada
saat penanaman media dalam polybag jangan sampai pecah karena akan
membuat bibit kesuliatan beradaptasi akibat mengalami kerusakan akar.
Selain itu, kedalaman penanaman idealnya 20% dari panjang bibit.
Penanaman yang terlalu dalam akan membuat bibit mudah terserang penyakit
busuk batang.
Teknis penanaman sistem tiang panjat tunggal berbeda dengan penanaman
pada sistem tiang panjat berkelompok. Pada penanaman sistem tiang
panjatan tunggal dilakukan dengan jarak tanam 10 cm dari tiang panjatan.
Keempat stek ditanam mengelilingi tiang panjatan. Ikat keempat bibit
tersebut pada tiang panjatan menggunakan tali yang lunak agar bibit
tidak mudah jatuh. Lakukan pengikatan dengan hati-hati, jangan terlalu
kuat sehingga mengakibatkan batang tanaman terluka. Batang tanaman yang
terluka akan mudah terserang penyakit, terutama busuk batang. Lakukan
penyiraman setelah penanaman selesai.
Teknik penanaman buah naga dengan sistem double rowing dilakukan dengan
cara mengikuti lajur di antara dua tiang panjatan. Bibit buah naga
ditanam tidak jauh dari kawat yang dipasang secara vertikal dengan titik
tanam berpola zigzag.
Pemeliharaan Tanaman Buah Naga
Dalam budidaya buah naga,
pemeliharaan harus tetap dilakukan secara teratur. Pemeliharaan tanaman
merupakan faktor penting yang mendukung keberhasilan budidaya. Upaya
pemeliharaan pada budidaya buah naga secara intensif meliputi pengairan,
penyulaman, pengikatan batang atau cabang, pemupukan susulan,
pemangkasan, seleksi buah, sanitasi kebun, serta pengendalian hama
penyakit tanaman.
Pengairan
Pada dasarnya tanaman buah naga tidak membutuhkan
irigasi khusus. Umunya pengairan dilakukan dengan sistem tadah hujan.
Oleh karena akarnya yang sangat lebat, sehingga buah naga tahan terhadap
kekeringan. Namun buah naga tetap memerlukan air yang cukup selama
pertumbuhannya. Kekurangan air selama fase vegetatif dapat membuat
tanaman layu dan sulit bertunas. Oleh karena itu penyiraman tetap
dilakukan seminggu sekali hingga tanaman berumur 6 bulan. Bila kondisi
tanah terlalu kering, maka penyiraman dilakukan 2-4 hari sekali,
tergantung pada kondisi di lahan. Pada fase generatif, yang ditandai
dengan munculnya bunga dan buah, maka penyiraman dilakukan setiap 10-14
hari sekali atau menyesuaikan kondisi bila tanah terlalu kering.
Kekurangan air pada fase ini bisa mengakibatkan bunga rontok dan buah
yang terbentuk tidak sempurna. Penyiraman dilakukan pada pagi atau sore
hari.
Selain dengan penyiraman, pengairan juga bisa dilakukan dengan cara
penggenangan. Caranya yaitu dengan perendaman air di parit sedalam
kurang lebih 20 cm. Pengeleban dilakukan selama 1-1,5 jam, setelah itu
air di parit harus segera dibuang atau dialirkan keluar. Pada sistem
pertanian modern, pengairan bisa dilakukan menggunakan sprinkler dengan
bantuan instalasi pompa air menggunakan motor.
Penyulaman tanaman
Penyulaman merupakan kegiatan mengganti
tanaman yang mati disebabkan karena serangan hama, penyakit, atau sebab
lain. Tujuan dari penyulaman yaitu agar tanaman bisa berproduksi optimal
dan efisiensi lahan tetap tinggi. Penyulaman dilakukan pada umur 7 hari
setelah tanam hingga tanaman berumur 2 bulan.
Pengikatan batang atau cabang
Letak batang atau cabang perlu
diatur agar pertumbuhan tanaman normal dan tidak salah bentuk.
Pengaturan letak turut berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan
tanaman. Pengaturan dilakukan dengan pengikatan batang atau cabang ke
tiang panjatan. Pengikatan yang terlambat membuat pertumbuhan batang
atau cabang melengkung dan tidak teratur. Akibatnya cabang produktif
tidak tumbuh ke atas.
Pengikatan dilakukan setiap 20-25 cm ke tiang panjatan. Tali pengikat
bisa menggunakan tali rafia atau tali lunak lainnya dengan membentuk
angaka 8. Pengikatan jangan terlalu kencang agar batang atau cabang
tidak terjepit yang dapat mengakibatkan luka atau bahkan patah. Selain
itu tujuan pengikatan juga untuk mempermudah akar udara menempel pada
tiang panjatan sehingga memperkokoh posisi tanaman.
Pemupukan susulan
Meskipun tanah telah menyediakan hara, akan
tetapi ketersediaan haranya tidak mencukupi untuk menunjang pertumbuhan
dan perkembangan tanaman selanjutnya. Oleh karena itu, perlu diberi
pupuk susulan atau pupuk tambahan. Pada budidaya buah naga dengan sistem
organik pemberian pupuk tambahan dilakukan menggunakan pupuk kandang
atau bahan organik lain yang sudah difermentasi. Dosis pemberian pupuk
organik sebanyak 2-5 gram/tanaman pada fase vegetatif dan 5-10
gram/tanaman pada fase generatif. Frekuensi pemberian pupuk dilakukan
dua bulan sekali. Pupuk diberikan dengan cara menggali lubang disekitar
tanaman, jangan terlalu dekat dengan batang karena bisa melukai akar
tanaman, kemudian ditaburkan dan segera ditutup dengan tanah. Setelah
semua pupuk ditutup dengan tanah, lakukan penyiraman agar pupuk mudah
bereaksi dan terserap oleh akar tanaman. Untuk mengoptimalkan
pertumbuhan dan produksi buah naga berikan nutrisi tanaman organik, asam humat dan asam fulvat, maupun hormon organik 7 hari sekali.
Pemangkasan tanaman buah naga
Pemangkasan tanaman bertujuan
untuk memperoleh bentuk yang baik sehingga menunjang pertumbuhan yang
baik. Selain itu, pemangkasan juga bertujuan untuk membuang bagian
tanaman yang tidak produktif seperti cabang yang kerdil atau kurus.
Batang atau cabang yang tidak produktif akan menghambat pembentukan
tunas baru dan buah karena berkompetisi dengan batang produktif dalam
memperoleh hara.
Pemangkasan vegetatif
Pemangkasan vegetatif untuk membentuk batang pokok dilakukan setelah
bibit ditanam. Tunas yang tumbuh dari bibit dipertahankan hanya 1-2
tunas saja. Pilih tunas atau cabang yang sehat, kokoh dan berwarna hijau
gelap. Tunas yang berbentuk tidak sempurna, dengan ujung membulat, juga
harus dipangkas. Tunas yang dipelihara akan menjadi batang utama untuk
dipertahankan hingga berukuran 130-150 cm. Jika telah mencapai tinggi
yang diinginkan maka segera dipangkas sekitar 5-10 cm dari ujung batang.
Bekas pangkasan dioles dengan larutan fungisida/bakterisida organik
untuk menghindari infeksi cendawan atau bakteri. Dengan pemangkasan
batang akan merangsang tumbuhnya cabang produktif yang seragam. Tunas
baru yang muncul di bagian bawah juga harus dipangkas.
Pemangkasan generatif
Setelah pemangkasan vegetatif di bagian pangkal batang utama, maka akan
muncul cabang produktif secara alami pada ujung batang tersebut. Umumnya
akan muncul 4-5 cabang produktif. Lakukan seleksi pada cabang produktif
tersebut dan pilih 3-4 cabang yang paling besar, sehat, kekar, dan
berwarna hijau gelap. Pemangkasan tetap dilakukan pada setiap tunas baru
yang muncul di cabang produktif hingga cabang produktif mencapai ukuran
70-100 cm. Saat cabang produktif telah mencapai ukuran tersebut, segera
pangkas 5-10 cm dari ujung cabang. Setelah dilakukan pemotongan pada
ujung cabang produktif, maka pemangkasan dilakukan terhadap semua tunas
baru yang muncul pada tanaman buah naga. Pemotongan tunas tersebut
bertujuan agar nutrisi yang diserap tanaman digunakan secara optimal
untuk pembentukan bunga dan buah. Yang perlu diperhatikan adalah setiap
kali melakukan pemangkasan harus segera diikuti dengan pengolesan
larutan pestisida organik pada bekas pangkasan tersebut.
Seleksi bunga dan buah
Tanaman yang sudah mulai berbungan
ditandai dengan munculnya bunga pada cabang produktif. Biasanya akan
muncul lebih dari satu bunga. Oleh karena itu, seleksi bunga dilakukan
saat bunga masih kecil, sehingga nutrisi tidak digunakan untuk
perkembangan bunga yang dibuang. Pilih 2-3 bunga yang paling besar,
sehat, berwarna cerah, dan segar pada setiap cabang produktif dengan
jarak antar bunga kurang lebih 30 cm.
Sanitasi Kebun
Sanitasi kebun merupakan kegiatan membersihkan
kebun dari gulma atau tumbuhan pengganggu, batang atau cabang bekas
pangkasan, serta perawatan saluran irigasi agar tidak menimbulkan
genangan air saat musim hujan. Tujuan dari kegiatan tersebuat adalah
untuk mencegah penyebaran hama penyakit, menjaga kelembaban areal
pertanaman, dan pengurangi perebutan unsur hara antara tanaman buah naga
dengan gulma.
Batang atau cabang bekas pangkasan segera dikumpulkan dan dimusnahkan
saat melaukan pemangkasan. Caranya dengan menyediakan wadah dan langsung
memasukan bekas pangkasan tersebut ke dalam wadah agar tidak tercecer.
Pengendalian gulama dilakukan dengan melakukan penyiangan rutin. Pada
budidaya buah naga organik, pengendalian gulma tidak dianjurkan
menggunakan herbisida. Penyiangan dilakukan secara kultur teknis
menggunakan cangkul. Pencangkulan di sekitar titik tanam dilakukan
dengan hari-hati agar tidak merusak perakaran tanaman buah naga.
HAMA PENYAKIT TANAMAN
Seperti layaknya tanaman kaktus, tanaman buah naga jarang terserang hama dan penyakit. Tanaman ini terbilan cukup tahan terhadap serangan hama penyakit. Namun, bukan berarti dalam budidaya tanaman buah naga tidak ada upaya pengendalian hama dan penyakit. Kerusakan akibat serangan hama dan penyakit tidak hanya menurunkan kualitas dan kuantitas produksi, tetapi bila tidak dikendalikan juga dapat mematikan tanaman. Oleh karena itu, sejak dini harus dilakukan pengontrolan tanaman dan identifikasi terhadap organisme pengganggu tanaman yang menyerang.
HAMA BUAH NAGA
Hama yang paling sering menyerang dalam budidaya buah naga antara lain :
Tungau (Tetranycus sp.)
Tungau berukuran sangat kecil dengan
bentuk menyerupai laba-laba dan bersifat polyfag, yaitu menyerang hampir
segala jenis tanaman. Serangga dewasa berukuran kurang lebih 1 mm dan
aktif di siang hari. Siklus hidup tungau berkisar antara 14-15 hari.
Tungau menyerang tanaman buah naga dengan cara menghisap cairan batang
dan cabang. Akibatnya dipermukaan kulit batang atau cabang tanaman yang
terserang muncul bintik-bintik kuning atau cokelat. Serangan yang berat
akan menyebabkan tanaman buah naga tumbuh tidak normal.
Pengendalian tungau bisa dilakukan dengan penyemprotan pestisida nabati
3-4 hari sekali, seperti nimba, tagetes, eceng gondok, atau rumput laut.
Untuk memulihkan tanaman yang terserang tungau diberikan nutrisi
tanaman organik, baik melalui akar, dengan cara dikocor, maupun melalui
tubuh tanaman, dengan cara disemprot.
Kutu Kebul (Bemisia tabaci)
Salah satu hama utama dalam budidaya
buah naga adalah kutu kebul. Imago serangga dewasa berukuran 1-1,5 mm,
berwarna putih, dan sayapnya ditutupi lapisan lilin yang bertepung.
Serangga dewasa biasanya berkelompok pada permukaan bagian bawah cabang.
Jika tanaman disentuh biasanya serangga akan beterbangan seperti kabut
atau kebul putih. Gejala serangan kutu kebul pada tanaman buah naga
ditandai dengan adanya bercak nekrotik akibat rusaknya sel-sel dan
jaringan tanaman pada batang atau cabang yang terserang. Ekskresi kutu
kebul berupa madu yang merupakan media tempat tumbuhnya embun jelaga
yang berwarna hitam. Hal ini menyebabkan proses fotosintesis berlangsung
tidak normal. Selain kerusakan langsung pada tanaman, kutu kebul
merupakan serangga yang sangat berbahaya karena berperan sebagai vektor
penular virus tanaman. Kerugian akibat serangan kutu kebul dapat
mencapai 20-100%. Hingga saat ini, tercatat sebanyak 60 jenis virus yang
berpotensi ditularkan oleh kutu kebul.
Pengendalian hama kutu kebul dapat dilakukan secara kultur teknis, yaitu
dengan menerapkan metode strip-planting yaitu penerapan tanaman
perangkap. Tanaman perangkap bisa ditanam mengelilingi areal budidaya
buah naga sehingga membentuk pagar yang rapat. Beberapa tanaman yang
efektif digunakan sebagai perangkap kutu kebul antara lain, jagung,
bunga matahai, kacang panjang, dan buncis. Selain penerapan strip
planting, pengendalian gulma juga harus dilakukan secara rutin. Gulma
sangat berpotensi sebagai inang kutu kebul.
Untuk mengurangi populasi serangga bisa dengan pemasangan alat perangkap
yellow trap sebanyak 40 buah/ha. Pengendalian hayati dapat dilakukan
dengan memanfaatkan musuh alami kutu kebul, antara lain sebagai berikut :
- Kumbang predator Menochilus sexmaculatus (Coccinelidae) yang memiliki siklus hidup 18-24 hari dengan kemampuan memangsa nimfa kutu kebul sebanyak 200-400 ekor. Satu ekor kumbang betina mampu menghasilkan telur sebanyak 3.000 butir.
- Parasitoid Encarcia formosa, satu ekor serangga betinanya mampu menghasilkan telur sebanyak 100-200 butir.
Penyemprotan pestisida nabati seperti nimba, tagetes, eceng gondok,
atau rumput laut harus dilakukan secara rutin dengan interval 3-4 hari
sekali.
Untuk memperkuat kondisi tanaman agar mampu bertahan dari infeksi virus
yang ditularkan oleh kutu kebul maka diperlukan penyemprotan mengunakan
nutrisi organik secara rutin dengan interval 7 hari sekali. Pemberian
nutrisi organik bertujuan untuk memberikan asupan yang cukup pada
tanaman, sehingga tanaman tetap sehat. Tanaman yang sehat memiliki daya
tahan yang baik dari serangan hama penyakit.
Kutu sisik (Pseudococcus sp.)
Hama ini lebih menyukai berapa
pada bagian batan atau cabang tanaman buah naga yang tidak terkena sinar
matahari. Batang atau cabang tanaman terserang telihat kusam.
Pengendalian hama Peudococcus sp. bisa dilakukan dengan penyemprotan
pestisida nabati 3-4 hari sekali, seperti nimba, tagetes, eceng gondok,
atau rumput laut. Untuk memulihkan tanaman yang terserang, berikan
nutrisi tanaman organik, baik melalui akar, dengan cara dikocor, maupun
melalui tubuh tanaman, dengan cara disemprot.
Kutu Batok (Aspidiotus sp.)
Hama kutu batok menyerang tanaman
buah naga dengan cara mengisap cairan batang atau cabang, sehingga pada
bagian tanaman terserang berwarna kuning.
Pengendalian hama Kutu Batok (Aspidiotus sp.) bisa dilakukan dengan
penyemprotan pestisida nabati 3-4 hari sekali, seperti nimba, tagetes,
eceng gondok, atau rumput laut. Untuk memulihkan tanaman yang terserang,
berikan nutrisi tanaman organik, baik melalui akar, dengan cara
dikocor, maupun melalui tubuh tanaman, dengan cara disemprot.
Bekicot
Hama bekicot menyerang tanaman buah naga terutama pada
musim hujan. Bekicot menyerang tanaman buah naga pada malam hari dengan
cara menggerogoti batang atau cabang tanaman sehingga bagian tanaman
yang luka berpotensi terinfeksi oleh penyakit sekunder yang disebabkan
oleh fungi maupun bakteri.
Pengendalian bekicot bisa dilakukan secara fisik yaitu dengan melakukan
pengontrolan lahan dan mengambil berkicot yang menempel pada tanaman
Lebih efektif pengendalian dengan cara ini dilakukan pada malam hari,
karena bekicot memiliki aktifitas yang tinggi pada malam hari.
Semut
Pada umumnya, semut akan muncul pada saat tanaman buah
naga mulai berbunga. Bunga buah naga memiliki aroma khas dan
mengeluarkan cairan yang berasa manis. Semut menyerang dengan
mengerubungi bungan yang baru kuncup dan mengakibatkan kulit buah akan
berbintik-bintik cokelat. Hal ini tentunya mengakibatkan kualitas buah
turun dan harga menjadi rendah. Pengendalian dilakukan dengan menaburkan
kapur di sekitar batang utama.
Burung
Gangguan burung umumnya jarang terjadi sehingga tidak
perlu dikhawatirkan. Biasanya burung menyerang buah naga yang telah
masak. Pemanenan tepat waktu dapat mengurangi resiko serangan burung
tersebut.
PENYAKIT BUAH NAGA
Tidak banya jenis penyakit yang menyerang tanaman buah naga. Umumnya penyakit mulai menyerang tanaman akibat sanitasi kebun tidak dijaga dengan baik. Jika tanaman terserang penyakit maka harus segera dilakukan penanganan agar tidak menyebar ke tanaman yang lain. Berikut beberapa penyakit yang biasa ditemui pada tanaman buah naga dan cara pengendalian yang dapat dilakukan.
Busuk Pangkal Batang
Penyakit busung pangkal batang umumnya
menyerang pada saat awal penanaman. Gejala serangan ditandai dengan
adanya pembusukan pada pangkal batang sehingga menyebabkan batang berair
dan berwarna kecokelatan. Pada daerah terserang terdapat bulu-bulu
putih halus yang merupakan miselium cendawan. Penyakit ini disebabkan
oleh serangan cendawan Sclerotium rolfsii Sacc. dan lebih sering
menyerang tanaman pada saat cuaca lembab.
Upaya pengendalian dapat dilakukan dengan pengaturan drainase dan
kelembaban pada saat musim hujan. Penyemprotan tanaman menggunakan
pestisida nabati, seperti daun serai, bawang putih, kunyit, serta bawang
merah. Bahan-bahan tersebut direbus dan disemprotkan pada tanaman.
Upaya lain yang bisa dilakukan adalah dengan pemanfaatan agensia hayati,
seperti Trichoderma sp. dan Gliocldium sp.
Busuk Bakteri
Serangan penyakit ini desebabkan oleh infeksi
bakteri Pseudomonas sp. Gejala tanaman yang terserang penyakit busuk
bakteri ditandai dengan adanya pembusukan pada pangkal batang, terdapat
lendir putih kekuningan pada daerah serangan, serta tanaman tanpak kusan
dan layu.
Pengendalian terhadap serangan bakteri ini dilakukan dengan melakukan
sanitasi kebun secara rutin, perbaikan drainase untuk mencegah adanya
genangan air, pencabutan tanaman terserang dan tanah disekitar titik
tanam dibuang jauh dari areal budidaya. Usahakan pembuangan tanah
tersebut jangan sampai tercecer. Lubang bekas titik tanam ditaburi
dengan kapur agar pH tanah lokal meningkat. Penyemprotan tanaman
menggunakan pestisida nabati, seperti daun serai, bawang putih, kunyit,
serta bawang merah. Bahan-bahan tersebut direbus dan disemprotkan pada
tanaman. Upaya lain yang bisa dilakukan adalah dengan pemanfaatan
agensia hayati, seperti Trichoderma sp. dan Gliocldium sp.
Fusarium
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Fusarium
oxysporium. Gejala serangan antara lain cabang tanaman berkerut, layu
dan busuk berwarna cokelat. Secara umum gejala yang tampak hampir sama
dengan serangan penyakit busuk bakteri.
Pengendalian terhadap serangan bakteri ini dilakukan dengan melakukan
sanitasi kebun secara rutin, perbaikan drainase untuk mencegah adanya
genangan air, pencabutan tanaman terserang dan tanah disekitar titik
tanam dibuang jauh dari areal budidaya. Usahakan pembuangan tanah
tersebut jangan sampai tercecer. Lubang bekas titik tanam ditaburi
dengan kapur agar pH tanah lokal meningkat. Penyemprotan tanaman
menggunakan pestisida nabati, seperti daun serai, bawang putih, kunyit,
serta bawang merah. Bahan-bahan tersebut direbus dan disemprotkan pada
tanaman. Upaya lain yang bisa dilakukan adalah dengan pemanfaatan
agensia hayati, seperti Trichoderma sp. dan Gliocldium sp.
PANEN BUAH NAGA
Panen merupakan kegiatan memetik buah yang telah siap panen atau mencapai kematangan optimal sesuai dengan standar yang ditentukan pasar. Tujuannya adalah untuk memperoleh hasil sesuai dengan tingkat kematangan buah. Umumnya produk hortikultura merupakan produk yang cepat sekali rusak. Meskipun mutunya bagus, tetapi jika pemanenan dilakukan dengan tidak benar maka akan menurunkan kualitasnya. Pada bagian ini akan dibahas tentang panen buah naga Super Red (Hylocereus costaricensis).
Setelah berumur 1,5-2 tahun tanaman buah naga mulai berbunga. Buah naga
Super Red siap panen memerlukan waktu antara 50-55 hari sejak muncul
bunga. Setelah bunga muncul pada bagian cabang atau tangkai buah diberi
tanda tanggal munculnya bunga tersebut mengguunakan kertas dan ditulis
dengan spidol, lalu kertas dibungkus dengan plastik bening agar tidak
rusak. Biasanya pada 2 tahun pertama, setiap tiang mampu menghasilkan
8-10 buah naga dengan bobot 400-600 gram/buah. Umur produktif tanaman
buah naga berkisar 15-20 tahun.
Ciri-Ciri buah naga siap panen :
- Umur buah sejak telah mencapai 50-55 hari setelah muncul bunga;
- Warna kulit buah mengkilat dengan sisik berubah dari hijau menjadi kemerahan;
- Mahkota buah telah mengecil;
- Kedua pangkal buah keriput dan kering;
- Bentuk buah bulat sempurna dan besar dengan bobot diperkirakan 400-600 g.
Waktu panen dilakukan pada pagi hari antara pukul 06.00-09.00 atau sore hari antara pukul 15.00-17.00. Pemanenan dilakukan saat cuaca cerah dan tidak hujan. Hindari panen pada kondisi lembab karena dapat memicu serangan patogen pada saat penyimpanan.
Pemanenan buah naga harus dilakukan dengan benar untuk menjaga kualitas buah. Cara dan tahap pemanenan adalah sebagai berikut :
- Kenakan sarung tangan agar tidak melukai kulit buah.
- Gunakan gunting atau alat potong lain yang tajam untuk memotong tangkai buah.
- Potong buah tepat pada tangkainya, lakukan dengan hati-hati, jangan sampai melukai kulit buah maupun percabangan tempat buah tersebut.
- Bungkus buah yang telah dipanen dengan koran dan diletakkan ke dalam keranjang dengan posisi tangkai buah menghadap ke bawah. Bagian bawah keranjang dilapisi dengan daun kering atau kertas koran.
- Bagian atas buah juga dilapisi dengan daun kering atau kertas koran untuk mengurangi tekanan buah pada lapisan di atasnya.
- Tinggi lapisan buah tidak lebih dari 3 lapis agar buah bagian bawah tidak menerima beban terlalu berat.
0 komentar:
Posting Komentar